Translate

Minggu, 05 April 2015

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN DAN INDIKATOR HASIL-HASIL PEMBANGUNAN

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN DAN INDIKATOR HASIL-HASIL PEMBANGUNAN

oleh:
Ambrosius Dean Perwira

I. PERKEMBANGAN MAKNA PEMBANGUNAN
Hal ini dibuka dengan sebuah pertanyaan yang berisi mengenai apa sebenarnya maksud dari pemabngunan, bagaimana awalnya, perkembanganya, dan juga evolusi  makna dari pembangunan. Dalam resume ini, akan dibahas dari 2 (dua) sudut pandang, yaitu sudut pandang Tradisional, dan paradigma baru dalam pembangunan.
1.      Pandangan Tradisional.
Dalam pandangan ini, pembangunan diidentikan dengan peningkatan pendapatan nasional (GNP) per kapita riil, dalam arti tingkat pertumbuhan pendapatan nasional dalam harga konstan (setelah dideflasi dengan indeks harga) harus lebih tinggi dibandingkan tingkat pertumbuhan penduduk. Tokoh-tokoh dalam pandangan ini adalah  Harrod-domar, Arthur lewis, WW Rostow, Nurkse. Dalam teorinya Arthur Lewis, mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan tujuan utama dari setiap kebijakan ekonomi di negara manapun.

2.      Paradigma Baru Dalam Pembangunan.
Akhir tahun 1950, banyak yang menyadari bahwa pertumbuhan tidak identik dengan pembangunan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi, setidaknya melampaui negara-negara maju pada tahap awal pembangunan mereka, memang dapat dicapai namun dibarengi dengan masalah-masalah seperti pengganguran, kemiskinan di pedesaan, distribusi pendapatan yang timpang, dan ketidakseimbangan structural. Pertumbuhan ekonomi hanya mencatat peningkatan produksi barang dan jasa secara nasional, sedangkan pembangunan berdimensi lebih luas dari sekedar peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Sejarah mencatat munculnya paradigma baru dalam pembangunan seperti pertumbuhan dengan distribusi, kebutuhan pokok (basic needs), pembangunan mandiri (self-relian development), pembangunan berkelanjutan dengan perhatian terhadap alam (ecodevelopment), pembangunan yang memperhatikan ketimpangan pendapatan menurut etnis (ethnodevelopment). Barangkali menarik untuk menelusuri ide dasar masing-masing paradigma tersebut.

II. INDIKATOR HASIL-HASIL PEMBANGUNAN
Setiap tindakan pasti memiliki dampak, begitupula dengan pembangunan. Pembangunan pasti menimbulkan dampak, baik negative maupun positif.. Dalam melihat dampak-dampak tersebut diperlukan suatu indicator.  Indikator yang dibahas dalam resume ini adalah indicator ekonomi dan indicator social
1.      Indikator Ekonomi
Dalam indicator ini, digunakan atau dilihat dari sudut pandang GNP perkapita. Bank Dunia (1995) mengklasifikasikan negara berdasarkan tingkatan GNP per kapitanya sebagai berikut:
§  Negara berpenghasilan menengah (low income economies): GNP perkapita > US$ 695 pada tahun 1993
§  Negara berpenghasilan menengah (middle-income economies) GNP per kapita > US$ 695 namun < US$ 626 pada tahum 1993
§  Negara berpenghasilan tinggi (high-income economies): GNP per kapita US$ 8.626 atau lebih pada tahun 1993
§  Dunia meliputi semua negara di dunia, termasuk negara-negara yang datanya langka dan dengan penduduk kurang dari 1 juta jiwa

2.      Indikator Sosial
Indikator ini muncul sebagai suatu alternative dari indikator ekonomi, karena untuk suatu indicator pembangunan, GNP per kapita (indicator ekonomi) sebagai ukuran tingkat kesejahteraan mempunyai banyak kelemahan. Kelemahan yang dimaksud adalah tidak memasukkan produksi yang tidak melalui pasar seperti dalam perekonomian subsistem, jasa ibu rumah tangga, transaksi barang bekas, kerusakan lingkungan dari masalah distribusi pendapatan.
Indicator social ini mempunyai  2 (dua) cara untuk mengukur tingkat kesejahteraan yang disebabkan oleh pembangunan, yaitu:
1.      Indeks Mutu Hidup (PQLI).
Merupakan indeks komposit (gabungan) dari 3 indikator, yaitu: Harapan hidup pada usia satu tahun, angka kematian, dan tingkat melek huruf.
2.      Human Development Indexs (HDI)
Seperti halnya dengan Indeks Mutu Hidup yang mencoba meranking semua negara dalam skala 0 (tingkat pembangunan manusia terendah) hingga 1 ( tingkat pembangunan manusia tertinggi) berdasarkan atas 3 (tiga) tujuan atau produk pembangunan, yaitu: Usia panjang yang diukur dengan tingkat harapan hidup, pengetahuan yang diukur dengan rata-rata tertimbang dari jumlah orang dewasa yang dapat membaca dan tahun sekolah, dan penghasilan yang diukur dengan pendapatan perkapita riil yang telah disesuaikan menurut daya beli mata uang masing-masing negara dan asumsi menurunnya utilitas marginal penghasilan dengan cepat.
HDI memberikan wawasan yang lebih luas mengenai pembangunan (Todaro 1995;65):
Pertama,  pembentukan HDI sebagian didorong oleh strategi politik yang didesain untuk memfokuskan perhatian pada aspek pembangunan kesehatan dan pendidikan.
Kedua, ketiga indicator diatas merupakan indicator yang bagus namun bukan ideal.
Ketiga, nilai HDI suatu negara mungkin membawa dampak yang kurang menguntungkan karena mengalihkan fokus dari masalah ketidakmerataan dalam negara tersebut.
Keempat,  alternative pendekatan yang memandang rangking GNP per kapita, dan kemudian melengkapinya dengan indicator social lain masih dihargai.

Kelima, harus selalu diingat bahwa indeks ini merupakan indicator pembangunan yang relative, bukan absolute, sehingga bila semua negara mengalami peningkatan pada tingkat tertimbang yang sama, maka negara miskin tidak akan memperoleh penghargaan atas kemajuannya.

Pakaian Dinas Pesiar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar